Minggu, 05 Juni 2011

pesankan saya rempat di neraka

ini merupakan sebuah kisah dimusim panas yang menyengat dan merupakan ujian yang cukup berat. Terutama bagi kaum muslimah untuk tetap mempertahankan pakaian kesopananya.Gerah dan panas tak lantas menjadikannya  menggandaikan akhlak berbeda dengan musim dingin dengan menutup telinga dan leher kehangatan badan bisa dijaga. Jilbab bisa sebagai multifungsi.

Dalam sebuah perjalanan yang cukup panjang. Kairo, Alexandria, di sebuah mikrobus ada seorang perempuan muda berpakaian kurang layak untuk di deskripsikan sebagai menutup aurat karena memang pakaiannya menentang kesopanan. Ia duduk di ujung kursi dekat pintu keluar. Di negara yang mayoritas islam itu tentu saja dengan pakaian seperti itu mengundang perhatian, kalau bisa dibahasakan sebagai keprihatinan sosial. Seorang bapak setengah baya yang kebetulan duduk disamping perempuan muda itu mengingatkan bahwa pakaian seperti itu bisa mengakibatkan sesuatu yang tidak baik bagi dirinya. Di samping pakaian seperti itu melanggar norma agama dan norma kesopanan. Tapi tahukah anda apa respon gadis tersebut, dengan ketersinggungan yang sangat ia mengekspresikan kemarahannya karena merasa privacynya terusik hak berpakaian menurutnya adalah hak prerogratif seseorang

"Jika memang Bapak mau, ini ambil saja ponsel saya tolong pesankan saya tempat di neraka tuhan anda."

sebuah respon yang sangat frontal dan sang bapak pun hanya berastaghfirullah, hanya beristighfar. Ia terus menggumamkan kalimat-kalimat allah. Detik-detik berikutnya suasana pun hening, beberapa orang terlihat kelelahan terlelap dalam mimpinya tidak terkecuali perempuan muda itu. Hingga sampailah perjalanan di penghujung tujuan di terminal akhir mikrobus alexandria. Kini semua penumpang bersiap-siap untuk turun tapi mereka terhalangi oleh perempuan muda tersebut yang masih terlihat tertidur. Ia berada di dekat pintu keluar. 
"Bangunkan saja.." Kira-kira permintaan para penumpang. Tahukah anda apa yang terjadi perempuan muda tersebut benar-benar tidak bangun lagi dan setelah diperiksa nadinya, ia pun menemui ajalnya. Seisi mikrobus tersebut beristighfar menggumamkan kalimat allah sebagaimana yang dilakukan bapak tua yang duduk di sampingnya. sebuah akhir menakutkan mati dalam keadaan menghadap tuhan.


seandainya tiap orang mengetahui akhir hidupnya, seandainya setiap orang mengetahui hidupnya berakhir setiap saat, seandainya tiap orang tahu bertemu dengan tuhannya dengan keadaan yang buruk dan   seandainya tiap orang tahu bagaimana kemurkaan allah kelak. Sungguh Allah masih  menyayangi kita yang  masih terus memimpinya. Allah akan semakin mendekatkan dirinya dengan orang yang mendekatkannya semakin dekat dan mereka yang terlena seharusnya makin sadar mumpung kesempatan itu masih ada